Target Harga Baru Saham NCKL, INCO, HRUM, dan ANTM
Monday, February 19, 2024       14:40 WIB

JAKARTA, investor.id - Ekspansi perusahaan nikel ke smelter berteknologi high pressure acid leach ( HPAL ) untuk penyediaan bahan baku baterai kendaraan listrik membuka peluang pertumbuhan baru, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap industri baja tahan karat ( stainless steel ).
Namun, dalam jangka pendek, sektor nikel akan terpengaruh negatif oleh pelemahan siklus, yang ditandai penurunan laba dan penyusutan valuasi perusahaan nikel. "Struktur biaya rendah dan neraca yang kuat berperan penting dalam memitigasi dampak pelemahan siklus," tulis Mandiri Sekuritas dalam ulasannya, yang dikutip pada Senin (19/2/2024).
Pelemahan siklus di sektor pertambangan nikel juga bakal menyebabkan ketatnya arus kas. Sebab harga nikel turun tajam ke level yang mendekati biaya tunai produksi sejumlah perusahaan nikel Indonesia.
Para produsen nikel tersebut diperkirakan membukukan laba dan arus kas yang rendah, sambil memasuki awal dari siklus belanja modal dengan investasi miliaran dolar AS untuk proyek baru smelter HPAL dan tambahan kapasitas pada smelter berteknologi rotary kiln electric furnace ( RKEF ).
"Meskipun akhir dari siklus penurunan tersebut belum terlihat, kami yakin pasar telah memperhitungkan potensi pelemahan laba di sektor nikel. Beberapa perusahaan nikel dalam cakupan kami diperkirakan mengalami penurunan sebesar 29-48% pada 2023, sejalan dengan penurunan harga nikel LME sebesar 44%," ungkap Mandiri Sekuritas.
Perusahaan efek itu kemudian merevisi estimasi laba bersih sejumlah emiten nikel untuk periode 2024-2025 sebesar 1-38%. Proyeksi harga nikel LME 2024 dan 2025 juga dipangkas dari US$ 20.000 dan US$ 18.000 per ton menjadi US$ 17.000 dan US$ 17.000 per ton.
Sementara itu, Norilsk Nickel memperkirakan permintaan nikel global meningkat 9% (yoy) menjadi 3,4 juta ton pada 2024, yang bakal didorong oleh industri baterai kendaraan listrik. Pasokan nikel juga diprediksi meningkat 6% (yoy) menjadi 3,6 juta ton pada tahun ini. Dengan demikian, terdapat potensi surplus nikel sebanyak 190 ribu ton.
Surplus nikel bakal dipicu oleh peningkatan produksi n  ickel pig iron (NPI) kadar rendah dan nikel matte dari konversi NPI serta operasional smelter baru HPAL di Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia menjadi penggerak utama pasokan nikel global seiring pembangunan smelter RKEF secara masif sejak pemberlakuan larangan ekspor bijih nikel pada 2014.
Bloomberg memperkirakan, produksi nikel olahan Indonesia meningkat 51% (yoy) menjadi 1,8 juta ton pada 2023. Tahun ini diprediksi meningkat 28,3% (yoy) menjadi 2,3 juta ton, yang mewakili 52% produksi nikel olahan global.
Adapun menurut Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, total kapasitas pengolahan nikel yang beroperasi di Indonesia mencapai 2,2 juta ton per tahun, dimana 860.000 ton kapasitas sedang dibangun dan 659.000 ton kapasitas dalam tahap perencanaan.
Rekomendasi dan Target Harga Saham
Investasi baru dalam proyek smelter HPAL juga menandai awal dari siklus belanja modal lainnya di industri nikel. Empat emiten terlibat dalam proyek senilai US$ 17,4 miliar untuk pengembangan smelter HPAL berkapasitas 352.000 ton mixed hydroxide precipitate (MHP) dan peningkatan kapasitas pada smelter RKEF sebanyak 358.000 ton.
Keempat emiten nikel tersebut adalah PT Trimegah Bangun Persada Tbk () atau Harita Nickel, PT Vale Indonesia Tbk (), PT Harum Energy Tbk (), dan PT Aneka Tambang Tbk () atau Antam.
"Sebab itu, urutan preferensi kami untuk saham emiten nikel adalah , , , dan ," sebut Mandiri Sekuritas.
 Rating untuk saham-saham tersebut tetap buy . Namun, target harganya direvisi turun. Target harga baru saham dipatok Rp 1.150 dari sebelumnya Rp 1.450. Saham Rp 5.500 dari sebelumnya Rp 7.000.
Selanjutnya, target harga baru saham Rp 1.600 dari sebelumnya Rp 2.000. Saham Rp 2.000 dari sebelumnya Rp 2.200.

Sumber : investor.id

powered by: IPOTNEWS.COM